Tampilkan postingan dengan label Realitas. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Realitas. Tampilkan semua postingan

Jumat, 21 November 2014


PENGERTIAN & CIRI-CIRI NEGARA BERKEMBANG
            Negara berkembang adalah istilah yang umum digunakan untuk menjelaskan suatu negara dengan kesejahteraan material tingkat rendah. Karena tidak ada definisi tetap negara berkembang yang diakui secara internasional, tingkat pembangunan bisa saja bervariasi di dalam negara berkembang tersebut. Sejumlah negara berkembang memiliki standar hidup rata-rata yang tinggi. Menurut Simon Kuznets (Ahli ekonomi), Negara berkembang adalah ketidakmampuan suatu negara untuk menyediakan tingkat kehidupan yang layak bagi sebagian besar penduduknya sehingga menimbulkan kemiskinan dan kemelaratan. Jika kita melihat definisi Negara berkembang menurut Simon Kuznets, maka tentunya kita akan langsung dapat menyimpulkan bahwa Negara berkembang ini sangat banyak ditemukan wilayah benua Asia dan beberapa di wilayah benua Amerika.
            Dalam makalah ini penulis akan membahas mengenai tentang beberapa unsur yang dapat mengkategorikan negara disebut sebegai negara berkembang, sebuah negara dapat dikatakan sebagai negara berkembang jika telah memenuhi beberapa syarat dari sudut pandang politik, sudut pandang ekonomi, maupun dari sudut pandang sosial budaya. Unsur-unsur yang meliputi beberapa sudut pandang tersebut, yaitu;

CIRI-CIRI DAN PENGERTIAN NEGARA BERKEMBANG


PENGERTIAN & CIRI-CIRI NEGARA BERKEMBANG
            Negara berkembang adalah istilah yang umum digunakan untuk menjelaskan suatu negara dengan kesejahteraan material tingkat rendah. Karena tidak ada definisi tetap negara berkembang yang diakui secara internasional, tingkat pembangunan bisa saja bervariasi di dalam negara berkembang tersebut. Sejumlah negara berkembang memiliki standar hidup rata-rata yang tinggi. Menurut Simon Kuznets (Ahli ekonomi), Negara berkembang adalah ketidakmampuan suatu negara untuk menyediakan tingkat kehidupan yang layak bagi sebagian besar penduduknya sehingga menimbulkan kemiskinan dan kemelaratan. Jika kita melihat definisi Negara berkembang menurut Simon Kuznets, maka tentunya kita akan langsung dapat menyimpulkan bahwa Negara berkembang ini sangat banyak ditemukan wilayah benua Asia dan beberapa di wilayah benua Amerika.
            Dalam makalah ini penulis akan membahas mengenai tentang beberapa unsur yang dapat mengkategorikan negara disebut sebegai negara berkembang, sebuah negara dapat dikatakan sebagai negara berkembang jika telah memenuhi beberapa syarat dari sudut pandang politik, sudut pandang ekonomi, maupun dari sudut pandang sosial budaya. Unsur-unsur yang meliputi beberapa sudut pandang tersebut, yaitu;


Kenapa Korupsi Di Indonesia Sangat Sulit Diberantas?
                Kita sudah sering menyaksikan adanya praktek-praktek korupsi terjadi di Indonesia, dan yang sedang lagi hangat-hangatnya di media elektronik dan cetak memberitakan bahwa satu persatu oknum praktek tersebut ditangkap oleh KPK (Komisi Pembarantasan Korupsi). Namun, mengapa korupsi di Indonesia sangat sulit diberantas?, mungkin kita pernah mendengar kata-kata seperti ini “Orang yang korupsi lalu ditangkap oleh KPK itu hanyalah orang yang kurang beruntung”, dari kalimat tersebut kita bisa melihat bahwa artinya di Indonesia sudah banyak terjadi praktek-praktek korupsi namun mereka yang masih bebas berlenggak-lenggok hanyalah orang yang beruntung karena masih dapat menghirup udara bebas.
                Tentunya sangat sulit membarantas praktek korupsi, oleh karena sangat sukarnya memberikan pembuktian-pembuktian yang eksak terhadapi praktek korupsi tersebut. Disamping itu juga sangat sulit mendeteksinya dengan dasar-dasar hukum yang pasti.
                Korupsi itu berasal dari bahasa Latin yaitu corruptio dari kata kerja corrumpere yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok atau rasuah adalah tindakan pejabat publik, baik politisi maupun pegawai negeri, serta pihak lain yang terlibat dalam tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidak legal menyalahgunakan kepercayaan publik yang dikuasakan kepada mereka untuk mendapatkan keuntungan sepihak.

Korupsi Sangat Sulit Diberantas Di Lingkungan Masyarakat Majemuk yang Bersifat Kolektif
                Seperti yang kita ketahui di Indonesia cenderung masyarakatnya bersifat majemuk yang artinya masyarakat yang terdiri atas kelompok-kelompok, yang tinggal bersama dalam suatu wilayah, tetapi terpisah menurut garis budaya masing-masing. Kemajemukan suatu masyarakat patut dilihat dari dua variabel yaitu kemajemukan budaya dan kemajemukan sosial. Kemajemukan budaya ditentukan oleh indikator-indikator genetik-sosial (ras, etnis, suku), budaya (kultur, nilai, kebiasaan), bahasa, agama, kasta, ataupun wilayah. Kemajemukan sosial ditentukan indikator-indikator seperti kelas, status, lembaga, ataupun power.
                Inilah salah satu penyebab korupsi di Indonesia sulit diberantas, saya berikan contoh, jika didalam kelompok masyarakat kolektif ada salah satu anggotanya melakukan praktek korupsi anggota yang lain mengetahui namun anggota lain tidak melaporkannya karena atas dasar kasihan,rasa tidak tega jika temannya dimasukkan ke sel tahanan. Misalnya Budi melakukan praktek  korupsi dan Ardi mengetahui perbuatan tersebut namun Ardi tidak melaporkannya karena Ardi tidak tega, dan kasihan jika melihat temannya dipenjara. Inilah kendala yang sering kita dapati di lingkup ruang masyarakat kolektif yang cenderung majemuk.
                Terkadang juga korupsi sulit diberantas karena dalam agama ada larangan membeberkan aib seseorang. Sebagaimana mayoritas Indonesia masih bergengang dengan agama. Contoh Kevin melakukan praktek korupsi dan diketahui oleh teman dekatnya yang bernama Dani namun karena tidak ingin membeberkan aib Kevin dan pemikirannya berdasarkan dari agama, maka Dani hanya berdiam diri seakan-akan tidakmengetahui apapun yang dilakukan oleh Kevin.
                Jadi di negara yang masyaraktnya bersifat kolektif pemberantasan korupsi itu terasa akan sulit diberantas, korupsi akan dapat diberantas jika adanya juga kerja kolektif yang dilakukan oleh aparat pemerintah untuk menindak tegas terpidana-terpidana korupsi, dan juga adanya dukungan dari masyarakat untuk memberantas korupsi bukan hanya dari perkataan melainkan dari tindakan.

SULITNYA MEMBERANTAS KORUSPI DI INDONESIA, MENGAPA?



Kenapa Korupsi Di Indonesia Sangat Sulit Diberantas?
                Kita sudah sering menyaksikan adanya praktek-praktek korupsi terjadi di Indonesia, dan yang sedang lagi hangat-hangatnya di media elektronik dan cetak memberitakan bahwa satu persatu oknum praktek tersebut ditangkap oleh KPK (Komisi Pembarantasan Korupsi). Namun, mengapa korupsi di Indonesia sangat sulit diberantas?, mungkin kita pernah mendengar kata-kata seperti ini “Orang yang korupsi lalu ditangkap oleh KPK itu hanyalah orang yang kurang beruntung”, dari kalimat tersebut kita bisa melihat bahwa artinya di Indonesia sudah banyak terjadi praktek-praktek korupsi namun mereka yang masih bebas berlenggak-lenggok hanyalah orang yang beruntung karena masih dapat menghirup udara bebas.
                Tentunya sangat sulit membarantas praktek korupsi, oleh karena sangat sukarnya memberikan pembuktian-pembuktian yang eksak terhadapi praktek korupsi tersebut. Disamping itu juga sangat sulit mendeteksinya dengan dasar-dasar hukum yang pasti.
                Korupsi itu berasal dari bahasa Latin yaitu corruptio dari kata kerja corrumpere yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok atau rasuah adalah tindakan pejabat publik, baik politisi maupun pegawai negeri, serta pihak lain yang terlibat dalam tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidak legal menyalahgunakan kepercayaan publik yang dikuasakan kepada mereka untuk mendapatkan keuntungan sepihak.

Korupsi Sangat Sulit Diberantas Di Lingkungan Masyarakat Majemuk yang Bersifat Kolektif
                Seperti yang kita ketahui di Indonesia cenderung masyarakatnya bersifat majemuk yang artinya masyarakat yang terdiri atas kelompok-kelompok, yang tinggal bersama dalam suatu wilayah, tetapi terpisah menurut garis budaya masing-masing. Kemajemukan suatu masyarakat patut dilihat dari dua variabel yaitu kemajemukan budaya dan kemajemukan sosial. Kemajemukan budaya ditentukan oleh indikator-indikator genetik-sosial (ras, etnis, suku), budaya (kultur, nilai, kebiasaan), bahasa, agama, kasta, ataupun wilayah. Kemajemukan sosial ditentukan indikator-indikator seperti kelas, status, lembaga, ataupun power.
                Inilah salah satu penyebab korupsi di Indonesia sulit diberantas, saya berikan contoh, jika didalam kelompok masyarakat kolektif ada salah satu anggotanya melakukan praktek korupsi anggota yang lain mengetahui namun anggota lain tidak melaporkannya karena atas dasar kasihan,rasa tidak tega jika temannya dimasukkan ke sel tahanan. Misalnya Budi melakukan praktek  korupsi dan Ardi mengetahui perbuatan tersebut namun Ardi tidak melaporkannya karena Ardi tidak tega, dan kasihan jika melihat temannya dipenjara. Inilah kendala yang sering kita dapati di lingkup ruang masyarakat kolektif yang cenderung majemuk.
                Terkadang juga korupsi sulit diberantas karena dalam agama ada larangan membeberkan aib seseorang. Sebagaimana mayoritas Indonesia masih bergengang dengan agama. Contoh Kevin melakukan praktek korupsi dan diketahui oleh teman dekatnya yang bernama Dani namun karena tidak ingin membeberkan aib Kevin dan pemikirannya berdasarkan dari agama, maka Dani hanya berdiam diri seakan-akan tidakmengetahui apapun yang dilakukan oleh Kevin.
                Jadi di negara yang masyaraktnya bersifat kolektif pemberantasan korupsi itu terasa akan sulit diberantas, korupsi akan dapat diberantas jika adanya juga kerja kolektif yang dilakukan oleh aparat pemerintah untuk menindak tegas terpidana-terpidana korupsi, dan juga adanya dukungan dari masyarakat untuk memberantas korupsi bukan hanya dari perkataan melainkan dari tindakan.

Selasa, 01 April 2014

REVOLUSI FISIK 1945-1950
    Pada tahun 1945 Indonesia telah mendaulatkan dirinya menjadi Negara yang merdeka namun, pada saat itu kedaulatan serta persatuan Indonesia masih saja terus diuji oleh serangan-serangan dari luar negeri, seperti halnya pemerintah Belanda yang masih mencoba mengancam wilayah dan persatuan Indonesia dengan mencoba mengirimkan pasukan tentara NICA, namun kali ini Belanda bersukutu dengan Inggris. Kedatangan Belanda-Inggris itu banyak ditanggapi oleh masyarakat Indonesia dengan berbagai macam reaksi perlawanan. Sejak tahun 1945 sampai dengan 1950 telah banyak terjadi perlawanan-perlawanan, tejadi berbagai perang antara masyarakat Indonesia dengan pasukan Belanda serta pasukan Inggris yang bersukutu dengan Belanda.
Mengenai jalannya revolusi di Indonesia, Ricklefs (1991:317) menyampaikan bahwa revolusi yang menjadi alat tercapainya kemerdekaan bukan hanya merupakan suatu  kisah sentral dalam sejarah Indonesia, melainkan suatu unsur yang kuat dalam persepsi bangsa Indonesia itu sendiri. Semua usaha yang tidak menentu untuk mencari identitasi-identitas baru dan untuk suatu tatanan sosial yang lebih adil tampaknya membuahkan hasil pada masa-masa sesudah Perang Dunia II.
Masa revolusi fisik dalam keyakinan banyak pihak dianggap sebagai suatu zaman yang merupakan kelanjutan dari masa lampau. Bagi para Pemimpin Revolusi Indonesia, revolusi bertujuan untuk melengkapi dan menyempurnakan proses penyatuan dan kebangkitan nasional yang telah dimulai empat dasawarsa sebelumnya (Ricklefs, 1991:318). Akan tetapi penyatuan nasional itu sendiri sebenarnya masih belum bisa tercapai selama masa revolusi fisik. Mengenai ketidaktercapaian persatuan nasional tersebut, Ricklefs (1991:319) mengemukakan bahwasanya sistem perhubungan yang buruk, perpecahan-perpecahan internal, lemahnya kepemimpinan pusat, dan perbedaan kesukuan mengandung arti bahwa sebenarnya revolusi tersebut merupakan satu kejadian yang terpotong-potong.

MASA REVOLUSI FISIK 1945-1950

REVOLUSI FISIK 1945-1950
    Pada tahun 1945 Indonesia telah mendaulatkan dirinya menjadi Negara yang merdeka namun, pada saat itu kedaulatan serta persatuan Indonesia masih saja terus diuji oleh serangan-serangan dari luar negeri, seperti halnya pemerintah Belanda yang masih mencoba mengancam wilayah dan persatuan Indonesia dengan mencoba mengirimkan pasukan tentara NICA, namun kali ini Belanda bersukutu dengan Inggris. Kedatangan Belanda-Inggris itu banyak ditanggapi oleh masyarakat Indonesia dengan berbagai macam reaksi perlawanan. Sejak tahun 1945 sampai dengan 1950 telah banyak terjadi perlawanan-perlawanan, tejadi berbagai perang antara masyarakat Indonesia dengan pasukan Belanda serta pasukan Inggris yang bersukutu dengan Belanda.
Mengenai jalannya revolusi di Indonesia, Ricklefs (1991:317) menyampaikan bahwa revolusi yang menjadi alat tercapainya kemerdekaan bukan hanya merupakan suatu  kisah sentral dalam sejarah Indonesia, melainkan suatu unsur yang kuat dalam persepsi bangsa Indonesia itu sendiri. Semua usaha yang tidak menentu untuk mencari identitasi-identitas baru dan untuk suatu tatanan sosial yang lebih adil tampaknya membuahkan hasil pada masa-masa sesudah Perang Dunia II.
Masa revolusi fisik dalam keyakinan banyak pihak dianggap sebagai suatu zaman yang merupakan kelanjutan dari masa lampau. Bagi para Pemimpin Revolusi Indonesia, revolusi bertujuan untuk melengkapi dan menyempurnakan proses penyatuan dan kebangkitan nasional yang telah dimulai empat dasawarsa sebelumnya (Ricklefs, 1991:318). Akan tetapi penyatuan nasional itu sendiri sebenarnya masih belum bisa tercapai selama masa revolusi fisik. Mengenai ketidaktercapaian persatuan nasional tersebut, Ricklefs (1991:319) mengemukakan bahwasanya sistem perhubungan yang buruk, perpecahan-perpecahan internal, lemahnya kepemimpinan pusat, dan perbedaan kesukuan mengandung arti bahwa sebenarnya revolusi tersebut merupakan satu kejadian yang terpotong-potong.